Kehidupan laksana sebuah cerita drama. Ada alur yang harus diikuti oleh setiap pemainnya. Garis hidup atau taqdir adalah alur yang telah ditentukan sebelumnya oleh Sang Penulis Skenario. Tapi Sang Sutradara dalam drama kehidupan ini memberikan kebebasan penuh kepada para pemainnya. Pemain bebas memilih peran apapun , peran antagonis, pahlawan, atau apa saja yang ia sukai. Tapi para actor yang tengah bermain harus siap bertanggung jawab atas apa yang ia perankan.
Dalam sebuah pertunjukkan baik itu drama, film, atau pentas apapun setiap orang menginginkan sebuah peran sentral. Peran yang menarik perhatian orang. Yang dimungkinkan si pemain tersebut mempunyai peluang untuk mendapatkan tepuk tangan meriah. Dalam situasi ini para actor utama dituntut mempunyai talenta dalam memerankan apapun yang ditulis dalam skenario.
Itulah kehidupan dalam sebuah pertunjukan. Banyak tuntutan, bahkan terkadang apa yang ia mainkan tidak sesuai dengan apa yang menjadi karakternya. Berbeda dengan skenario Tuhan, mudah dan tidak berbelit. Memainkan pertunjukkan sesuai keadaan masing-masing. Peran-peran remehan pun bisa menjadi besar, jika diperankan dengan keikhlasan.
Peran manusia berbeda-beda tergantung kapasitas dan pergaulan masing-masing. Ada orang kaya dan juga orang miskin, ada pejabat ada juga bawahan. Posisi apapun kita tidaklah penting untuk kita sesali. Ingatlah, yang terpenting seberapa hebatkah kita dalam posisi apapun. Menjadi orang tua, sudahkan menjadi orang tua yang baik dimana anak sangat mengidolakan kita. Menjadi bagian masyarakat biasa, apakah tetangga kita sangat senang dengan segala tindak-tanduk kita. Apapun, harus selalu kita tanyakan pada diri ini, apa manfaat yang telah kita berikan kepada orang lain?
Marilah bertanya agar potensi yang kita memiliki dapat memerankan peran penting. Semua orang akan berdecak kagum, walau sedikit pun tidak kita harapkan. karena acting yang kita mainkan datang dari hati dan penuh keikhlasan.